Apa Luka Pengasuhan Itu Ada?
picture by Canva
Bismillah,
Alhamdulillah beberapa pekan yang
lalu aku mengikuti kelas online yang membahas tentang luka pengasuhan. Kelas ini
merupakan salah satu program Masjid Pogung Dalangan Yogyakarta dalam tema Kelas
Keluarga Bahagia. Dalam kelas ini mengadirkan dua narasumber yaitu Ibu Olivia
Dwi Kumala selaku peninjau dari sisi psikologi dan Ustadzah Ummu Nabilah selaku
peninjau dari sisi syariat.
Isu luka pengasuhan tentu sudah tidak
asing lagi bagi telinga kita beberapa tahun terakhir. Keberadaannya semakin
cepat tersebar luas dengan adanya media sosial. Pembahasan tentang ilmu pernikahan
dan parenting juga tidak terlepas dari topik luka pengasuhan ini.
Lalu apa sebenarnya luka pengasuhan
itu? Apakah memang luka pengasauhan itu ada?
Luka pengasuhan didefinisikan sebagai
luka batin yang berkaitan dengan trauma dimasa lalu saat kita kecil bersama
orang-orang yang mengasuh kita. Luka pengasuhan terjadi tidak hanya disebabkan
oleh orang tua atau bapak dan ibu saja. Namun luka pengasuhan juga dapat
diberikan oleh orang-orang yang mengasuh kita ketika kecil, seperti pengasuh,
kakek/nenek, tante, bibi dan semua orang yang terlibat dalam masa pengasuhan. Pada
sebagian orang ada yang mengenal luka pengasuhan dengan nama lain yang lebih
populer inner child.
Menurut ibu Olivia istilah inner child tidak diketemukan dalam
penelitian psikolog mana pun, jadi kurang bijak rasanya kalau kita masih
menyebut dengan istilah itu. Semua emosi yang kita alami sejak kecil akan tersimpan
pada alam bawah sadar kita, sebagai tempat penyimpanan memori yang sudah kita
lewati baik menyenangkan atau pun menyedihkan. Luka pengasuhan biasanya terjadi
karena adanya traumatis di masa lalu yang sudah terbentuk sebagai belief system
negatif pada diri kita. Sehingga pada saat kita dewasa ketika mengalami hal-hal
yang tidak menyenangkan trauma-trauma itu dapat muncul kembali.
Dampak dari munculnya trauma di masa
kecil pasti lah membuat seseorang merasa tidak nyaman. Ada yang merasakan
kurang percaya diri, mudah marah, tidak suka bersosialisasi, kurang dapat
mengendalikan diri, sulit membangun rasa percaya pada orang lain, dan
sebagainya.
Luka pengasuhan mungkin saja terjadi
pada beberapa orang, kita tidak boleh menghakimi seseorang atas setiap yang
mereka rasakan. Sebagai manusia yang beriman tentu kita harus meyakini bahwa
segala sesuatu yang terjadi atas diri kita adalah takdir terbaik Allaah. Tidak
mudah memang melewati masa-masa itu, semoga Allaah selalu kuatkan.
Kesimpulan yang aku dapat yaitu bagi
teman-teman yang sedang berada di kondisi ini semoga tetap semangat, percaya
deh semua yang terjadi atas hidup kita adalah yang terbaik untuk kita. Kalau
kita merasakan perasaan yang tidak enak jangan ditolak, misal lagi sedih nih,
tidak boleh kita berkata pada diri sendiri “duh apa sih…kamu ndak boleh
sedih, kamu kuat”. Big No, jangan
sekali-kali kita lakukan itu. Sebaiknya kita terima semua perasaan yang kita
rasakan, validasi pelan-pelan sambil banyak dzikir. Memang jalannya tidak mudah
dan butuh proses panjang. Semoga luka pengasuhan ini tidak menghalangi kita
untuk berbakti kepada orang tua kita ya, wajar setiap manusia tidak luput dari
kesalahan. Apalagi zaman orang tua kita ilmu parenting tidak semasif sekarang,
maka kita juga harus belajar juga untuk menerima dan memaafkan. Ohiya teman-teman tulisan ini
sekedar rangkuman saja, mungkin ada teman-teman yang beraktivitas dibidang ini
bisa mengoreksi. Terima kasih. Salam hangat Syamsi Hayati.
Komentar
Posting Komentar